Blog informasi tentang event Coral Day KITA BANGGA 2014

Friday, June 20, 2014

Coral Day 2014: Mari Jaga Torang pe Laut

with 0 Comment
Coral Day 2014: Mari Jaga Torang pe Laut
Relawan yang turut hadir dalam kegiatan Coral Day 2014 membentangkan spanduk bertuliskan "Mari Jaga Torang p Laut" (Manado) a.k.a "Mari Jaga Laut Kita" (Indonesia). Foto: Jemmy Manueke.
Puncak pelaksanaan kegiatan Coral Day 2014 yang bertema "Healthy Coral for Healthy People," berlangsung sederhana di pesisir pantai Desa Lihunu, Pulau Bangka, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Sabtu-Minggu (14-15/6/14). 

Gelaran Coral Day kali ini memasuki tahun kelima. Kali pertama digelar di Bali pada 2010 silam, bersamaan dengan peringatan Hari Bumi. Kemudian di Belitung, lalu di Pulau Pramuka - Kepulauan Seribu, dan pada tahun keempat dilaksanakan serentak pada tiga lokasi tersebut.  

Kegiatan tahun ini dipusatkan di kepulauan KitaBangga (akronim dari nama empat pulau utama dalam kawasan tersebut yakni: pulau Kinabuhutan, Talise, Bangka dan Gangga) tepatnya di Desa Lihunu _salah satu dari empat desa yanga ada di pulau Bangka. 

Kegiatan Coral Day berangkat dari kesadaran terumbu karang minim. Padahal, terumbu karang sebagai jaminan ketersediaan ikan bagi laut.

Guna meningkatkan kepekaan dan kesadaran masyarakat di Indonesia, terutama di Sulut untuk melindungi ekosistem terumbu karang. Terlebih pulau Bangka kini tengah berada di ambang kehancuran akibat izin usaha pertambangan yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara kepada PT. Mikgro Metal Perdana (MMP). Meskipun sudah ada putusan dari Mahkamah Agung yang memerintahkan izin tambang dicabut dan ada rekomendasi UKP4, agar tambang berhenti, tetapi hingga kini PT MMP masih memaksakan untuk beroperasi.

Pemilihan lokasi bukan tanpa alasan. Kepulauan KitaBangga diyakini memiliki keragaman hayati perairan sangat unik, sekaligus menjadi kawasan ekosistem penyangga Taman Nasional Bunaken. Selain itu, kawasan tersebut merupakan bagian dari Sulu Sulawesi Marine Ecoregion, yang harusnya dilindungi. 

Kepulauan KitaBangga, merupakan wajah pengelolaan kepulauan di Sulut. Sebagai satu dari tiga lokasi wisata diving terkenal di dunia. Kawasan tersebut juga masuk dalam peta perwilayahan pembangunan 50 destinasi pariwisata nasional.

Wilayah sekitar terumbu karang tempat memijah sebagian besar ikan. Nutrisi masyarakat dunia, berasal dari protein ikan laut, tergantung keberadaan terumbu karang.

Kawasan kepulauan dengan luas 294 km ini, merupakan lintasan mamalia, seperti lumba-lumba dan habitat hewan langka, seperti dugong/duyung. Terdapat pula ikan purba Coelacanth Sulawesi (Latimeria menadoensis), hiu sirip putih, hiu sirip hitam, penyu, dan napoleon.

Coral Day 2014: Mari Jaga Torang pe Laut
Anak-anak dari Kepulauan KitaBangga foto bersama usai mengikuti lomba menggambar & mewarnai dalam rangkaian kegiatan Coral Day 2014. Foto: Yuris Triawan


berikut beberapa dokumentasi pesona alam di lokasi kegiatan Coral Day KitaBangga 2014
(klik pada hastag Pesona Kepulauan KitaBangga)

Monday, May 12, 2014

Perairan Jakarta Tempat Buang Sampah Terbesar Sedunia

with 0 Comment
Ilustrasi | Courtesy: Poskota
Terdapat lima pulau di Kepulauan Seribu, yakni Pulau Untungjawa, Pulau Pari, Pulau Tidung, Pulau Pramuka, dan Pulau Kelapa yang perairannya kini dikotori sampah.

Sebab hingga saat ini masih banyak warga maupun penumpang kapal seenakknya membuang sampah. Atas aksi buang sampah ke laut mendapat kecaman dari warga Kepulauan Seribu. Pasalnya, perilaku tersebut dinilai dapat mengganggu keindahan dan merusak ekosistem laut Kepulauan Seribu.

“Saat ini jumlah kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu semakin hari terus meningkat. Tidak sedikit dari mereka kadang membuang sampah ke laut, kami warga di sini mengajak seluruh warga dan wisatawan bersama-sama menjaga kebersihan agar perairan di Kepulauan Seribu itu bersih dari sampah,” kata Sockat, 28 tahun.

Bupati Kepulauan Seribu, meminta pemilik kapal menyediakan bak sampah di dalam kapal, sehingga tidak ada lagi penumpang membuang sampah sembarangan. “Mari kita jaga laut kita, jangan membuang sampah sembarangan. Karena laut bukan tempat sampah, tapi perlu kita jaga kebersihannya bersama-sama, kalau bukan kita siapa lagi,” tutupnya.

“Perairan Kepulauan Seribu ini memang dialiri 13 sungai. Dari jumlah itu seluruhnya mengirim sampah ke perairan, akibatnya kami yang mendapat getahnya. Kedepan saya akan mengusulkan agar seluruh pintu air harus ada penyaringan agar sampah tidak terus membanjiri laut,”katanya.

Disiplin warga adalah partisipasi penting yang menjadikan satu negara maju dan lebih beradab. Seketat apa pun aturan dibuat dan diterapkan oleh politisi dan walikota, jika warganya cuek, tidak disiplin, maka peradaban bangsa tetap terpuruk.  Tetap rendah.

Dulu, di Ibukota, masih bisa dijumpai warga mandi dan be-a-be (berak) di kali. Kini itu sudah menjadi pemandangan langka. Tapi oknum warga yang membuang sampah di kali masih ada saja.

Kapal-kapal tur yang ke pulau Bidadari –atau pulau lainnya– di Kepulauan Seribu, kerap berhenti di tengah laut, karena baling-baling terganjal sampah. Karena banyak warga membuang sampah ke sungai dan akhirnya terbawa ke laut. Laut Jakarta.

Orang bule pernah menjuluki Jakarta – dengan 13 sungainya – sebagai “toilet terbesar di dunia”, karena warga be-a-be di sana. Kini julukan yang masih cocok adalah Laut Jakarta sebagai “tempat pembuangan sampah terbesar di dunia”, karena warganya masih membuang sampah di sungai dan kemudian terbawa arus sampai ke Laut Jakarta.


(Disarikan dari Poskota|infofishindo.com)

Mengawal Pelaksanaan UU Untuk Mencegah Kerusakan Ekosistem Laut

with 0 Comment
Permukiman nelayan di kawasan pesisir Nambangan Kenjeran, Surabaya,
di dekat kaki jembatan Suramadu. Foto: Petrus Riski | Mongabay
Pemerintah menegaskan adanya aturan yang tegas dan melindungi keberlangsungan lingkungan, melalui Undang-undang nomor 1 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 27 tahun 2007 mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Peraturan ini memastikan adanya kewajiban pembuatan zonasi pada suatu wilayah atau daerah, yang menata perairan dan pesisir sebelum dimanfaatkan.

Penataan wilayah pesisir dan perairan Indonesia menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja, sangat diperlukan agar tidak ada lagi pemanfaatan dan kepemilikan pulau maupun kawasan perairan dan pesisir yang mengabaikan prinsip dasar seperti hak masyarakat lokal, investasi, perijinan yang mengendalikan, serta upaya konservasi yang memastikan keberlangsungan.

“Wilayah pesisir kita harus mulai dilakukan penataan karena sebelumnya common property yang memungkinkan semua orang bisa memiliki dan menggunakan tanpa ada hak dan kewajiban. Tapi sekarang dengan undang-undang baru itu menjadi sesuatu yang harus diatur agar prisnip bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dukuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sesuai pasal 33 UUD 1945 dapat terwujud,” ungkap Sjarief Widjaja, Sekjen Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Banyaknya konflik yang terjadi yang disebabkan pemberlakuan pesisir dan perairan sebagai common property open access, menurut Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sudirman Saad, mengharuskan adanya pengaturan yang memungkinkan adanya perhatian terhadap hak-hak tradisional masyarakat lokal setempat, pengembangan investasi atas potensi kekayaan yang ada untuk pembangunan ekonomi masyarakat, serta konservasi yang memastikan keberlanjutan ekologi untuk generasi mendatang.

“Undang-undang ini mewajibkan penataan perairan pesisir sebelum dimanfaatkan, yang itu harus dibuat zonasi lautnya. Rencana zonasi itu seperti RTRW di darat. Ini perubahan paradigma berpikir tentang perairan pesisir, dimana dulunya mulai 0-12 mil perairan pesisir kita terbuka dan itu menimbulkan konflik, sekarang harus ada penataan,” kata Sudirman Saad kepada Mongabay-Indonesia saat berada di Surabaya pekan ini.

Reklamasi pantai di pesisir Paciran, Lamongan.
Foto: Petrus Riski | Mongabay
Sudirman Saad mengatakan, dalam pengaturan kawasan pesisir perairan Indonesia dibagi dalam 3 lokasi ruang, yakni kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, serta kawasan alur. Kawasan pemanfaatan umum merupakan kawasan yang memungkinkan dilakukan penangkapan ikan serta aktivitas ekonomi yang bermanfaat. Kawasan konservasi merupakan kawasan yang melindungi keberlanjutan kehidupan ekosistem beserta segala makhluk hidup di dalamnya, sehingga tidak diperbolehkan aktivitas lain yang dapat mengganggu keseimbangan serta keberlangsungan lingkungan. Sementara lokasi ruang ketiga adalah Kawasan alur yang berfungsi sebagai alur pelayaran, alur penempatan pipa serta alur migrasi spesias ikan tertentu.

“Harus ada alokasi ruang baik itu untuk aktifitas mencari ikan, keluar masuknya kapal, pemempatan pipa kabel bawah laut, migrasi ikan, hingga konservasi lingkungan. Khusus untuk konservasi laut, Indonesia telah mendeklarasikan konservasi laut 20 juta hektar pada 2020 saat Presiden berada di Brasil tahun 2012 lalu,” ujar Sudirman Saad.

Kasus padamnya listrik di Madura beberapa tahun yang lalu akibat tersangkut jangkar kapal, serta terperangkapnya paus oleh jaring nelayan di Kenjeran, Surabaya, menurut Sudirman merupakan bukti belum adanya pengaturan ruang pada perairan laut Indonesia.

“Kalau ada pengaturan alur, dan seharusnya disitu adalah alur alami migrasi paus, maka tidak ada yang boleh pasang jaring disitu, jaringnya harus dipasang di kawasan pemanfaatan umum. Itu konflik yang terjadi akibat tidak ada tata ruang laut,” tutur Sudirman.

Penempatan pipa kabel bawah laut lanjut Sudirman, juga menjadi pekerjaan penting dari pelaksanaan Undang-undang ini, terkait dengan pertumbuhan ekonomi, investasi dan pembangunan suatu daerah atau negara. Penempatan pipa kabel bawah laut yang tidak tertata akan mengakibatkan enggannya kapal tonase besar untuk merapat di suatu pelabuhan, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lambat.

“Pipa kabel bawah laut kita kayak sarang laba-laba. Masa lalu ada regulasi, tapi di pimpinan sektor tidak memiliki alokasi ruang yang sangat komprehensip. Kita punya pengalaman buruk di Batam, yang dulu pada jaman Habibi mau dikembangkan seperti Singapura, tapi tidak bisa karena di dasar lautnya di sisi Indonesia kabel bawah semrawut. Lain halnya dengan Singapura yang ada 3 koridor pembagi wilayah perairan,” terangnya.

Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan perairan pesisir diutarakan oleh Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, terlebih dahulu harus disertai ijin zonasi serta ijin pengelolaan air yang dimiliki oleh pengembang kawasan. Sudirman mengatakan bahwa kedepan pemanfaatan perairan pesisir menjadi keniscayaan, terutama untuk pemenuhan kebutuhan pangan, mengingat kawasan lahan pertanian yang semakin berkurang di daratan. Selain itu pengembangan industri, permukiman hingga wisata bahari, mengharuskan pemanfaatan kawasan pesisir perairan, namun dengan tetap mengedepankan penggunaan teknologi serta konstruksi yang ramah lingkungan.

“Memanfaatkan ruang laut secara permanen untuk wisata bahari, membangun resort, wisata, serta jalan, dengan teknologi ramah lingkungan, tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Supaya tertata harus dibuat dulu rencana zonasinya, ada perangkat aturan dan sanksi. Kalau itu dilakukan, Indonesia bisa berkembang dengan cepat, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dunia dan negara pantai terbesar kedua di dunia,” papar Sudirman Saad.

Pelabuhan Sontoh Laut Surabaya dengan aktivitas
 perahu nelayan yang terparkir. Foto: Petrus Riski | Mongabay
Sudirman Saad mengatakan, pengembangan wilayah pesisir perairan harus disertai pula dengan moratorium konversi lahan pertanian yang ada di darat sesuai Undang-undang nomor 31 tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan dan Larangan Alih Fungsi Lahan. Peraturan yang dituangkan dalam Undang-undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil lanjut Sudirman harus didukung Peraturan Daerah mengenai zonasi yang belum banyak dimiliki oleh daerah. Peraturan itu digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam menentukan zona pada suatu daerah, yang prinsip penyusunannya berdasarkan kajian ilmiah dan mengacu pada prinsip ekonomi, sosial dan ekologi.

“Rencana zonasi sudah merencanakan aktivitas itu, sehingga resiko lingkungan sudah diperhitungkan. Aspek lingkungan tidak boleh hilang, aspek manusia tidak boleh digusur atau didegradasi, serta pemanfaatan yang memberi kontribusi secara ekonomi. Sudah ada teknologi dan konstruksi yang meminimalisir resiko lingkungan, meski tidak bisa 100 persen dampak lingkungan dihilangkan. Tapi dampak itu bisa terkontrol dan terkelola, sehingga tidak destruktif secara signifikan kepada lingkungan,” ujarnya.

Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi yang sudah memiliki Peraturan Daerah mengenai zonasi kawasan pesisir perairan. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Heru Tjahjono mengatakan, pengaturan dan pemanfaatan kawasan dengan zonasi dapat mengintegrasikan kegiatan di laut dengan memanfaatkan potensi yang ada di wilayah Jawa Timur.

“Prinsipnya daratan habis, maka antisipasi dilakukan di laut dengan zonasi, agar semua bisa terintegrasi. Di Jawa Timur zonasi sudah sejak 2012, yang ini masih terus perlu disosialisasikan,” kata Heru Tjahjono.

Sementara itu Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur menyambut positif Undang-undang nomor 1 tahun 2014 yang merevisi Undang-undang nomor 27 tahun 2007, yang memungkinkan penghormatan terhadap hak dan keberadaan masyarakat tradisional terutama nelayan atas kawasan pesisir perairan.

“Sisi positifnya jika pengelolaan dilakukan dengan baik dan ramah lingkungan, itu akan membantu masyarakat setempat terutama nelayan dan ekosistem didalamnya. Masyarakat dapat mengajukan prasyarat sendiri, seperti Amdal kepada investor yang akan mengelola kawasan pesisir perairan. Tapi negatifnya dengan masuknya investor masih memungkinkan masyarakat tergusur dengan alasan zonasi yang telah dibuat,” kata Onny Mahardika, Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur kepada Mongabay-Indonesia.

Onny Mahardika mengatakan, semangat Undang-undang ini sangat pro terhadap investasi, sehingga dapat mengabaikan aspek-aspek lainnya seperti masyarakat dan lingkungan bila peraturan itu tidak dilaksanakan dengan baik dan benar,” ujar Onny.

“Undang-undang ini pro pada invenstasi, tapi ada prasarat dan aturan agar masyarakat tidak dirugikan. Maka negara harus menjamin, dengan sistem pengelolaan pesisir dan perairan tidak akan merugikan nelayan dan merusak ekosistem,” lanjut Onny yang sedang mendampingi masyarakat pesisir Surabaya dari ancaman relokasi.

Pemanfaatan kawasana pesisir perairan dnegan pembangunan beberapa fasilitas seperti jalan, permukiman hingga obyek wisata, menurut Onny tidak dapat dipungkiri akan menimbulkan gangguan serta kerusakan ekosistem bawah laut.

“Pasti akan mengalami perubahan pada ekosistem hayati bawah laut jika itu dimanfaatkan. Nelayan tidak bisa lagi menangkap ikan di tempat semula karena sudah ada zonasi, sehingga tangkapan ikan berkurang atau terbatas. Mungkin saja ada konflik terjadi dengan nelayan lain,” ucapnya.

Kerusakan ekosistem ujar Onny dapat membuat ikan pergi dari ekosistem semula, seperti terumbu karang yang setelah pembangunan itu tidak bisa ada lagi.

“Pencemaran juga pasti ada. Saya tidak yakin adanya industri justru dapat menyelamatkan lingkungan, atau dampak kerusakannya mampu dikurangi, karena tidak ada teknologi yang betul-betul ramah lingkungan” tandas Onny yang akan terus mengawal pelaksanaan Undang-undang ini.



Artikel ini sebelumnya diposting oleh Mongabay Indonesia.

Sunday, May 11, 2014

Sekilas Tentang Terumbu Karang

with 0 Comment
Coral Reef
Coral reef | Terumbu karang
Apakah terumbu karang?
Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.

Apakah karang itu?
Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang baru bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.

Coral reef
Sekilas Tentang Terumbu Karang.
Apakah polip itu?
Sekilas Tentang terumbu karang
Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut.




Bagaimanakah cara karang makan ?
Sekilas tentang terumbu karang
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae.

Apakah zooxanthellae itu ?
Sekilas tentang terumbu karang
Zooxanthellae adalah alga ber-sel satu yang hidup di dalam jaringan tubuh karang batu. Zooxanthelae dan karang memiliki hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Zooxanthellae menyediakan makanan untuk polip karang melalui proses memasak yang disebut fotosintesis, sedangkan polip karang menyediakan tempat tinggal yang aman dan terlindung untuk zooxanthellae.

Bagaimana Karang berkembang biak?
sekilas tentang terumbu karang
Karang berkembang baik secara sexual dan asexual. Sexual reproduction terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke kolom perairan. Sel telur dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Asexual reproduction terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah memperbanyak diri.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan karang untuk tumbuh?
Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. Kalau begitu, jika karang yang tingginya 5 meter dirusak, diperlukan 500 tahun agar kembali seperti semula. Bayangkan….betapa lamanya !!!

Coral Reef
Sekilas Tentang Terumbu Karang.
Kalau begitu, berapa umur sebuah Terumbu Karang ?
Terumbu karang termasuk ekosistem yang paling tua di bumi ini. Tahap pertama evolusi terumbu karang terjadi kira-kira 500 juta tahun yang lalu. Terumbu karang modern ada sejak lebih dari 50 juta tahun yang lalu. Waktu yang dibutuhkan terumbu karang untuk tumbuh adalah antara 5000 sampai 10.000 tahun . Jadi terumbu yang kita lihat sekarang ini telah berumur lebih dari 10.000!

Mengapa terumbu karang sangat penting artinya?
  • Terumbu karang memberikan manfaat yang luar biasa kepada bumi dan seisinya. Manfaat terumbu karang bagi manusia adalah:
  • Pelindung pantai dari hempasan ombak.
  • Tempat asuhan dan berkembang biak bagi ikan, dan m enyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi makhluk laut
  • Menyediakan sumber protein bagi masyarakat
  • Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata
  • Sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai macam penyakit.

Coral reef
Sekilas Tentang Terumbu Karang.
Hal-hal apa saja yang dapat merusak terumbu karang?
Terumbu karang adalah ekosistem yang rentan dan mudah rusak. Terumbu karang dapat rusak oleh beberapa proses antara lain: pengendapan, pencemaran, penagkapan ikan yang merusak, sampah, gempa, bintang laut pemangsa karang yang disebut bulu seribu.

Sekilas Tentang Terumbu Karang
Bulu seribu si pemangsa terumbu karang.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu melestarikan Terumbu Karang?

Sekilas Tentang Terumbu Karang
Ayo selamatkan terumbu karang Indonesia.
  • Jangan membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar, dll
  • Jangan menyentuh, berdiri di atas karang, atau mengumpulkan karang ketika sedang bermain di laut atau snorkeling
  • Jika anda adalah seorang penyelam, perhatikan gerakan fin, tabung, dan alat selam lainnya, jangan sampai membentur karang
  • Jika anda memiliki akuarium air laut, pastikan ada membeli ikan-ikan yang tidak ditangkap dengan menggunakan racun
  • Terdapat bukti-bukti bahwa di dalam terumbu karang terkandung bahan-bahan untuk obat-obatan.
  • Bergabunglah dengan badan pelestarian lingkungan laut.



***Artikel ini sebelumnya diposting oleh Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI)

Sunday, May 4, 2014

Sekilas tentang Coral Day KITA BANGGA 2014

with 0 Comment
Coral Day KITABANGGA 2014
Kawasan KiTaBangGa (Kinabuhutan, Talisei, Bangka dan Gangga)
Sebuah gerakan satu hari untuk terumbu karang Indonesia. 

Ringkasan tentang Coral Day KITA BANGGA 2014 :
Coral Day KITA BANGGA 2014 dengan tema "Healthy Ocean, Healthy People"

Kegiatan Coral Day KITABANGGA adalah bagian dari kegiatan Coral Day Indonesia. Yayasan Suara Pulau memprakarsai digelarnya Coral Day di Sulawesi Utara yakni "Coral Day KITABANGGA 2014" yang didedikasikan untuk pelestarian laut dan terumbu karang di kawasan perairan KITABANGGA.

KITABANGGA adalah akronim dari nama empat pulau utama dalam kawasan tersebut yakni Kinabuhutan, Talisei, Bangka dan Gangga. 

Keempat pulau tersebut masuk dalam wilayah administrasi dua kecamatan yakni Kec. Likupang Timur dan Kec. Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara - Indonesia.

Keistimewaan kawasan perairan ini adalah pulau-pulau nan eksotik serta taman bawah lautnya yang mempesona, kawasan ini terletak diantara 2 destinasi penyelaman yakni Taman Nasional Bunaken dan Selat Lembeh, yang pastinya kedua kawasan tersebut sudah terkenal di seluruh dunia sebagai situs penyelaman dan surga bawah laut.

Untuk informasi terkini tentang kegiatan  Coral Day KITA BANGGA 2014  biasa anda ikuti melalui jejaring sosial kami di:

Fanpage Facebook: 

Twitter: 
Coral Day Kitabangga @CoralDay14

Google+ :


Selayang pandang pesona KITABANGGA

Pantai yang landai dan laut yang biru di Pulau Kinabuhutan, latar Pulau Talisei.
Pantai yang landai dan laut yang biru di Pulau Kinabuhutan, latar Pulau Talisei.
Pesona perairan KITABANGGA.
Pesona perairan KITABANGGA.
Pantai yang indah di Pulau Bangka, di kejauhan nampak Pulau Gangga.
Pantai yang indah di Pulau Bangka, di kejauhan nampak Pulau Gangga.
Pesona bawah laut KITABANGGA. Pink Hippocampus Bargibanti
Pesona bawah laut KITABANGGA. Pink Hippocampus Bargibanti (Dapat ditemui saat menyelam disekitar perairan KITABANGGA). | Indah Susanti
Tiang-tiang batu yang nampak menjulang dari dalam laut disekitar Pulau Bangka.
Tiang-tiang batu yang nampak menjulang dari dalam laut disekitar Pulau Bangka.
Pulau Gangga dan pasir putihnya yang mempesona.
Pulau Gangga dan pasir putihnya yang mempesona.
Pantai indah berpasir putih di Pulau Gangga.
Pantai indah berpasir putih di Pulau Gangga.
Pulau Talisei dan lautnya yang indah.
Pulau Talisei dan lautnya yang indah.
Dugong sering ditemukan berkeliaran disekitar perairan KITABANGGA. Duyung atau Dugong adalah satu-satunya mamalia laut herbivora atau maun (pemakan dedaunan), dan semua spesies Dugong hidup pada perairan segar dengan suhu air tertentu. 

Healthy Ocean, Healthy People... Bersama kita selamatkan terumbu karang Indonesia... 

Saturday, May 3, 2014

Coral Triangle Merupakan Rumah bagi 3.000 Spesies Ikan

with 0 Comment
Coral Triangle Merupakan Rumah bagi 3.000 Spesies Ikan
Peta Kawasan Coral Triangle.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, sejumlah organisasi pemuda, serta komunitas pencinta penyu (Turtle Guard) Universitas Udayana, Bali menjadi tuan rumah rangkaian kegiatan puncak peringatan Hari Kawasan Segitiga Karang "Coral Triangle Day" di Pantai Kedonganan, Teluk Jimbaran, Provinsi Bali.

Manajer Program Kelautan World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Dewi Satriani mengatakan, sepekan rangkaian peringatan Hari Kawasan Segitiga Karang (Coral Triangle Day), rencananya akan diperingati setiap tanggal 9 Juni, sehari setelah peringatan Hari Kelautan Se-Dunia tanggal 8 Juni.

Ribuan sukarelawan dari sejumlah daerah ikut bergabung dalam puncak peringatan Coral Triangle Day di Bali. “Ini baru pertamakalinya, Bali dipilih menjadi lokasi puncak peringatan Coral Triangle Day. Banyak sekali komunitas yang memusatkan kegiatan di laut, ada penyelam, pelaku pariwisata dan ada perikanan," ungkap Dewi Satriani. “Peringatan juga dilakukan di Aceh, Manado, Ambon dan Raja Ampat, Papua,” lanjutnya.

Dewi menambahkan, rangkaian peringatan ini diisi dengan sejumlah kegiatan secara serentak antara lain, festival pantai, bersih-bersih terumbu karang dan pantai (beach and reef clean up), kompetisi memasak aneka hidangan laut, seminar kelautan, dan pemutaran film, dan masih banyak lagi perlombaan terkait lingkungan hidup.

Pihak WWF menyerukan agar para pemangku kepentingan di Indonesia dapat mendedikasikan satu hari pada tanggal 9 Juni untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya ekosistem terumbu karang bagi ketahanan pangan dan keberlanjutan perikanan dunia.“Yang paling berkepentingan dengan sumber daya laut, salah satunya pelaku usaha (perusahaan) sektor perikanan. Kalau mereka tidak peduli dapat dipastikan bisnisnya tidak akan berkelanjutan. Saat ini (regulasi kelautan) Indonesia salah satu yang terbaik di dunia, tapi pelaksanaannya yang masih sangat kurang,” kata Dewi Satriani.

Indonesia berinisiatif mengupayakan perlindungan kawasan terumbu karang sebagai wujud kemitraan strategis Indonesia di pentas dunia dan telah dicanangkan oleh Presiden RI pada Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference) tahun 2009 di Manado .

Pakar mengatakan, Kawasan Segitiga Karang (Coral Triangle) merupakan lokasi kelautan dengan tingkat keanekaragaman hayati karang paling tinggi di bumi, sama pentingnya dengan hutan hujan Amazon dan dataran rendah Kongo bagi kehidupan planet ini. Kawasan ini memiliki lebih dari 500 jenis karang, meliputi enam juta hektar luasan laut yang dinaungi oleh enam negara – Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste.

Keenam negara dengan kawasan terumbu karang dunia itu merupakan wilayah yang menjadi sumber kehidupan bagi lebih dari 120 juta orang yang tinggal di daerah pesisir serta ribuan unit usaha baik kecil, maupun besar di sektor perikanan dan pariwisata.

Kawasan Segitiga Karang (Coral Triangle) merupakan rumah bagi 3.000 spesies ikan karang dan komoditas perikanan bernilai ekonomi tinggi seperti tuna. Coral Triangle juga merupakan rumah bagi lumba-lumba, paus, hiu, pari, serta enam dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia.

Perayaan Coral Triangle Day di Kedonganan, Bali diharapkan menjadi momen penting bagi masyarakat setempat dan wisatawan yang berkunjung untuk mendapatkan informasi mengenai aneka makanan laut ramah lingkungan, yang dihasilkan dari praktik-praktik yang tidak merusak serta legal, tentang satwa laut dilindungi dan berbagai informasi lain mengenai laut.

Aktivis mengatakan, Inisiasi Coral Triangle Day di Pulau Dewata Bali merupakan salah satu wujud kampanye global yang bertujuan meningkatkan kepedulian publik terhadap masalah-masalah pengelolaan sumber daya laut Indonesia, terutama yang memiliki kaitan erat dengan masalah-masalah perikanan, polusi, pemanasan global, dan bisnis pariwisata yang lebih bertanggung jawab.

Kegiatan dimeriahkan dengan karnaval pantai menampilkan parade ogoh-ogoh yang melambangkan spesies-spesies unik kelautan seperti penyu, hiu, tuna dan demonstrasi memasak seafood yang berkelanjutan oleh koki selebritis, Bobby Chinn, serta menampilkan pentas musik lingkungan.

Peringatan Hari Terumbu Karang Sedunia juga didukung oleh para produsen makanan laut. Salah satu diantaranya adalah Sea Delight, perusahaan importir makanan laut beku (frozen food) asal Amerika Serikat.

Sea Delight merupakan perusahaan asal AS pertama yang beroperasi di Indonesia yang menyatakan diri bergabung penuh sebagai anggota Seafood Savers, sebuah initiatif WWF untuk reformasi industri seafood agar ramah lingkungan dan berkelanjutan. (voa/A-147/)***


***artikel ini sebelumnya diposting di halaman Pikiran Rakyat Online pada Minggu, 10/06/2012 
untuk berbagi info dan edukasi maka artikel ini kami posting kembali dengan tetap menyertakan sumber aslinya.

Ambon Tuan Rumah "Coral Triangle Day" 2014

with 0 Comment
Ambon Tuan Rumah "Coral Triangle Day" 2014
Coral Triangle Day.
Kota Ambon, Provinsi Maluku akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan "Coral Triangle Day" (CTD) pada 9 Juni 2014.

"CTD merupakan kesepakatan enam negara yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste, dan Salomon, untuk menentukan satu hari khusus bagi penyelamatan karang dan pesisir," kata Executive Secretary National Coordinating Comittee Victor Nikijuluw di Ambon, Rabu.

Menurut dia, CTD telah dilaksanakan sejak 2012, dimulai di Denpasar, sedangkan 2013 akan dilakukan di Bitung dan Buleleng Bali.

"Ambon memiliki potensi yang tidak kalah menarik dari daerah lain mengenai terumbu karang dan ekosistem laut yang masih terjaga dengan baik," katanya.

Victor mengatakan, penyelamatan terumbu karang dan pesisir merupakan hal penting meskipun terlihat kecil, karena akan memberikan keuntungan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan hidup mayarakat Maluku.

"Kami memberikan apresiasi kepada Wali Kota Ambon yang telah bekerja dengan baik sehingga pertemuan Coral Triangle Initiative and Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) antarkepala daerah se-provinsi berjalan dengan baik," ujarnya.

Ia menjelaskan, pertemuan tersebut merupakan langkah awal penyelamatan terumbu karang.

"Hari ini kita melakukan banyak hal untuk menyelamatkan pesisir, yang dimulai dengan penanaman mangrove di pantai Rutong, Kecamatan Leitimur Selatan, serta transplantasi karang," ujarnya.

Ia menjelaskan, setelah pertemuan akan ditindaklanjuti dengan deklarasi Ambon yang ditandatangani oleh kepala daerah se Maluku untuk menyelamatakna terumbu karang disetiap daerah.

Upaya tersebut, lanjutnya, juga harus ditindaklanjuti dengan menjaga kebersihan pantai dan laut agar ekosistem tetap terjaga demi masa depan anak cucu.

"Kami berharap deklarasi Ambon menjadi komitmen bersama kabupaten dan kota di Maluku untuk melestarikan terumbu karang," ujarnya. **

**Sumber: ANTARA Maluku

Tahukan anda apa itu “World Ocean Day” dan “Coral Triangle Day”..?

with 0 Comment
Coral Triangle Day
Coral Day
World Ocean Day dan Coral Triangel Day merupakan hari perayaan global mengenai isu-isu kelautan dunia. Bagi sebagian orang khususnya yang sudah dekat dengan dunia kelautan kedua kata ini sudah tidak asing lagi, namun bagi sebagian orang sepertinya kedua perayaan ini masih belum dikenal secara luas.

Konsep World Ocean Day pertama kali muncul dan diajukan oleh pemerintah Kanada pada Earth Summit tanggal 8 Juni 1992 di Rio De Janeiro. Inti dari konsep yang diajukan oleh pemerintah Kanada ini adalah untuk mengajak serta menyadartahuan masyarakat global mengenai isu-isu Kelautan Dunia. Namun baru pada tahun 2008 PBB menyatakan World Ocean Day sebagai hari lingkungan yang diakui secara global.

Sejak tahun 2008 itulah pada tanggal 8 Juni diperingati di seluruh dunia sebagai hari Kelautan Dunia/ World Ocean Day. Pada setiap tahunnya banyak kegiatan lingkungan yang dilakukan di seluruh dunia sebagai upaya untuk melestarikan kekayaan laut dunia yang disesuaikan dengan tema dari World Ocean Day. 

Coral Day KitaBangga
Coral Triangle Day
Berikut adalah beberapa tema dari World Ocean Day :
2009 : Our Oceans, Our Responsibility,
2010 : Our oceans: Opportunities and Challenges,
2011 : Our oceans: Greening our Future.

Coral Triangle Day :
2012 : dimulai di Denpasar, Bali
2013 : dirayakan serentak di enam negara anggota CTI (Coral Triangle Initiative), kegiatan dibuka Mataram Lombok, Nusa Tenggara Barat. Juga dilakukan di Bitung dan Buleleng Bali.
2014 : rencananya akan digelar di kota Ambon yang bertindak sebagai tuan rumah (dilansir Kemendagri.co.id).

Sementara untuk Coral Triangle Day untuk yang pertama kalinya diperingati pada tanggal 9 Juni 2012 sehari setelah perayaan hari kelautan dunia. Coral Triangle Day juga merupakan upaya penyadartahuan masyarakat luas dalam melestarikan kekayaan laut di kawaasan segitiga terumbu karang /coral triange. Seperti yang kita ketahui pemerintah Indonesia telah berinisiatif mengupayakan perlindungan kawasan terumbu karang pada Konferensi Kelautan Dunia (World Ocean Conference) tahun  2009 di Manado. Salah satu hasil dari konfrensi ini adalah adanya Coral Triangle Initiative (CTI) yang disepakati oleh 6 negara yang berada di kawasan coral triangle : Indonesia, Malaysia, Flipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.

Perayaan Coral Triangle Day di Indonesia sendiri diinisiasi oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), WWF Indonesia, dan beberapa pecinta lingkungan lainnya yang dipusatkan di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali. Berbagai kegiatan lingkungan seperti bersih pantai, seminar, dan kegiatan lainnnya yang diikuti oleh unsur pemerintahan, kelompok penggiat lingkungan, dan masyarakat sekitar. Selain di Indonesia perayaan ini juga dilakukan di negara-negara yang termasuk kedalam kawasan Coral Triangle.

Lalu dengan adanya dua perayaan lingkungan ini apa yang bisa kita lakukan..?
Banyak, selain ikut dalam kegiatan perayaanya juga kegiatan kecil yang bisa kita lakukan diantaranya adalah tidak membuang sampah sembarangan ketika berkujung/ berwisata laut, kurangi pengurangan pelastik, hindari makanan-makanan yang tidak ramah lingkungan, dan masih banyak kegiatan lainnya yang bisa kita lakukan.

Coral Day KitaBangga
The Coral Triangle Day.
So, kita sebagai pemilik kekayaan kelautan terbesar di dunia mari kita bersama-sama menjaganya.

Selamat hari Kelautan Dunia (8 Juni 2014) dan hari Segitiga Terumbu Karang (9 Juni 2014).


Source: MDC (Marine Diving Club) UNDIP